"Father of the Bride" merupakan sebuah film komedi ditahun 1950 yang disutradarai oleh Vincente Minnelli dan diproduseri oleh Pandro S. Berman. Cerita yang diadaptasikan oleh Frances Goodrich bersama Albert Hackett dari sebuah novel berjudul sama karya Edward Streeter ini dibintangi oleh Spencer Tracy, Joan Bennett, Elizabeth Taylor, Don Taylor, Billie Burke, dan Leo G. Carroll. Film ini dirilis pada tanggal 16 Juni 1950 dan didistribusikan oleh Metro-Goldwyn-Mayer.
Setiap ayah pasti menginginkan yang terbaik untuk putri kesayangannya, apalagi bila putrinya tersebut akan menikah. Ia akan berusaha sekuat tenaga menyelenggarakan pesta pernikahan yang sesuai dengan keinginan putrinya meskipun itu berarti harus melewati rintangan yang tidak mudah. Itulah yang terjadi dalam film ini. Melihat jajaran pemainnya yang cukup berkualitas, tidak heran bila film ini menerima tiga nominasi Academy Awards pada tahun 1951 untuk kategori Best Picture, Best Actor in a Leading Role, dan Best Writing, Screenplay. Namun, tidak ada satupun penghargaan tersebut yang berhasil dibawa pulang.
Film ini premier dua hari pascapernikahan Elizabeth Taylor dengan "Nicky" Conrad Hilton Jr. berlangsung. Kesuksesan film ini memunculkan sekuel berjudul Father's Little Dividend (1951), dimana karakter Kay disini sudah memiliki bayi; sebuah serial televisi yang ditayangkan oleh CBS (1961 - 1962); drama radio; dan remake dengan judul sama ditahun 1991 dengan bintang Steve Martin dan Diane Keaton, dan berlanjut dengan sekuelnya, Father of the Bride Part II ditahun 1995.
Ringkasan Cerita
Stanley T. Banks (Spencer Tracy), seorang pengacara yang memiliki putri bernama Kay (Elizabeth Taylor) yang akan menikah dengan Buckley Dunstan (Don Taylor). Stanley takut bahwa keputusan Kay adalah sebuah kesalahan. Pria ini lalu memaksa Kay mengenalkannya kepada keluarga Buckley. Perasaannya sedikit tenang ketika tahu bahwa Buckley merupakan kepala sebuah perusahaan yang dapat menjamin kehidupan Kay. Masalah bertambah rumit ketika Stanley sadar bahwa biaya yang telah disiapkannya bersama istrinya, Ellie (Joan Bennett), untuk 150 tamu membengkak menjadi 250 tamu.
CineClassic
Sunday, July 31, 2011
Monday, July 18, 2011
Some Like It Hot (1959)
"Some Like It Hot" merupakan sebuah film komedi ditahun 1959 yang disutradarai dan diproduseri oleh Billy Wilder. Film ini dirilis pada tanggal 29 Maret 1959 dan dibintangi oleh Marilyn Monroe, Tony Curtis, Jack Lemmon, George Raft, Joe E. Brown dan Pat O'Brien. Film yang skenarionya ditulis oleh Wilder dan I. A. L. Diamond ini diadaptasikan dari cerita Robert Thoeren & Michael Logan, dan diproduksi oleh Mirisch Company serta didistribusikan oleh United Artists.
Ringkasan Cerita
Film yang melegenda ini menceritakan dua orang musisi yang berjuang demi sesuap nasi, Joe (Tony Curtis) dan Jerry (Jack Lemmon), yang kabur karena telah menyaksikan suatu pembantaian ditahun 1929 yang dilakukan oleh mafia Chicago yang disebut dengan St. Valentine's Day Massacre. Mafia tentu tak menyukai adanya saksi dalam kejahatan mereka, maka bos mafia bernama 'Spats' Columbo (George Raft), memerintahkan anak buahnya untuk menghabisi Joe dan Jerry. Tentu saja keadaan tak semudah yang mereka kira, Joe dan Jerry pun melarikan diri dan memutuskan untuk meninggalkan kota dengan mengambil pekerjaan yang mengharuskan mereka menyamar sebagai wanita dalam band yang semua anggotanya wanita. Mereka berdandan layaknya wanita dan memakai nama Josephine dan Daphne. Band itupun sedang dalam tur menuju Miami, Florida, dan dengan samaran sebagai wanita mereka merasa telah lepas dari masalah.
Keduanya lalu terpesona dengan vokalis anggota band tersebut, Sugar Kane (Marilyn Monroe), seorang wanita cantik dan bersuara merdu. Tapi keadaan asmara mereka semakin sulit karena 'Daphne' alias Jerry malah ditaksir oleh playboy tua bangka, Osgood Fielding III (Joe E. Brown), dan tentu semakin sulit karena bos mafia Spats malah tiba juga di Florida bersama kaki tangannya. Mau tidak mau merekapun harus saling berjumpa.
Film ini memang bukan film serius, cenderung musikal dan komedi, penampilan Curtis dalam film ini begitu meyakinkan dan meramu aktingnya dengan menawan bersama Lemmon. Film ini sendiri diinspirasi dari film Jerman berjudul Fanfaren der Liebe (1951) dengan tema yang lebih kurang mirip, film yang memenangkan Oscar untuk Kostum Terbaik ini juga masuk kategori Best Comedy of Alltime oleh American Film Institute. Perlu Anda ketahui, bahwa sang sutradara berusaha sekeras mungkin agar Marilyn hapal dialog, bahkan sampai menyediakan karton besar bertuliskan dialog. Kalau Anda jeli, Anda bisa melihat mata Marilyn seperti membaca sesuatu di kejauhan. Wilder aslinya ingin Frank Sinatra yang membintangi film ini, namun akhirnya memilih duet antara Curtis dan Lemmon. Film ini juga sebenarnya akan dibuat full colour, namun setelah screen test terasa tak bagus karena make-up Curtis dan Lemmon terlihat menor sehingga diputuskan memakai hitam putih. Marilyn juga membuat masalah ketika syuting dengan sering terlambat dua atau tiga jam lalu berlama-lama di meja rias. Dan pada saat film yang awalnya berjudul Not Tonight, Josephine ini dirilis, negara bagian Kansas melarang pemutaran film ini karena menganggap pria berpakaian seperti wanita sangat 'tidak cocok dengan warga Kansas'.
Ringkasan Cerita
Film yang melegenda ini menceritakan dua orang musisi yang berjuang demi sesuap nasi, Joe (Tony Curtis) dan Jerry (Jack Lemmon), yang kabur karena telah menyaksikan suatu pembantaian ditahun 1929 yang dilakukan oleh mafia Chicago yang disebut dengan St. Valentine's Day Massacre. Mafia tentu tak menyukai adanya saksi dalam kejahatan mereka, maka bos mafia bernama 'Spats' Columbo (George Raft), memerintahkan anak buahnya untuk menghabisi Joe dan Jerry. Tentu saja keadaan tak semudah yang mereka kira, Joe dan Jerry pun melarikan diri dan memutuskan untuk meninggalkan kota dengan mengambil pekerjaan yang mengharuskan mereka menyamar sebagai wanita dalam band yang semua anggotanya wanita. Mereka berdandan layaknya wanita dan memakai nama Josephine dan Daphne. Band itupun sedang dalam tur menuju Miami, Florida, dan dengan samaran sebagai wanita mereka merasa telah lepas dari masalah.
Keduanya lalu terpesona dengan vokalis anggota band tersebut, Sugar Kane (Marilyn Monroe), seorang wanita cantik dan bersuara merdu. Tapi keadaan asmara mereka semakin sulit karena 'Daphne' alias Jerry malah ditaksir oleh playboy tua bangka, Osgood Fielding III (Joe E. Brown), dan tentu semakin sulit karena bos mafia Spats malah tiba juga di Florida bersama kaki tangannya. Mau tidak mau merekapun harus saling berjumpa.
Film ini memang bukan film serius, cenderung musikal dan komedi, penampilan Curtis dalam film ini begitu meyakinkan dan meramu aktingnya dengan menawan bersama Lemmon. Film ini sendiri diinspirasi dari film Jerman berjudul Fanfaren der Liebe (1951) dengan tema yang lebih kurang mirip, film yang memenangkan Oscar untuk Kostum Terbaik ini juga masuk kategori Best Comedy of Alltime oleh American Film Institute. Perlu Anda ketahui, bahwa sang sutradara berusaha sekeras mungkin agar Marilyn hapal dialog, bahkan sampai menyediakan karton besar bertuliskan dialog. Kalau Anda jeli, Anda bisa melihat mata Marilyn seperti membaca sesuatu di kejauhan. Wilder aslinya ingin Frank Sinatra yang membintangi film ini, namun akhirnya memilih duet antara Curtis dan Lemmon. Film ini juga sebenarnya akan dibuat full colour, namun setelah screen test terasa tak bagus karena make-up Curtis dan Lemmon terlihat menor sehingga diputuskan memakai hitam putih. Marilyn juga membuat masalah ketika syuting dengan sering terlambat dua atau tiga jam lalu berlama-lama di meja rias. Dan pada saat film yang awalnya berjudul Not Tonight, Josephine ini dirilis, negara bagian Kansas melarang pemutaran film ini karena menganggap pria berpakaian seperti wanita sangat 'tidak cocok dengan warga Kansas'.
Scent of a Woman (1992)
"Scent of a Woman" merupakan sebuah film drama ditahun 1992 yang disutradarai dan diproduseri oleh Martin Brest. Film yang skenarionya ditulis oleh Bo Goldman ini diadaptasi dari novel berjudul Il buio e il miele (The Darkness and the Honey) karya Giovanni Arpino. Film ini dibintangi oleh Al Pacino, Chris O'Donnell, James Rebhorn, Gabrielle Anwar dan Philip Seymour Hoffman, dan dirilis pada tanggal 23 Desember 1992 oleh Universal Studios. Film ini juga merupakan remake dari film Italia berjudul Profumo di donna (1974) yang disutradarai oleh Dino Risi.
Al Pacino telah memperoleh Oscar untuk kategori Aktor Terbaik, dan film ini dinominasikan untuk kategori Sutradara Terbaik, Film Terbaik dan Skenario Adaptasi Terbaik. Tidak salah jika ada orang yang mengatakan bahwa film ini telah menjadi film klasik atau film yang enak ditonton sepanjang masa. Ini sebuah prestasi luar biasa, karena lazimnya sebuah film baru dikategorikan sebagai film klasik. Pacino memerankan seorang letnan kolonel buta yang sangat berprinsip dan berwatak keras. Kecuali Pacino, yang meninggalkan kesan mendalam adalah aktor muda O'Donnell, sebagai Charlie Simms, seorang pelajar di sebuah sekolah asrama gila hormat di bagian timur Amerika. Permainan yang ditunjukkan O'Donnell hebat, sering disebut-sebut sehebat permainan Christian Slater saat mendampingi Sean Connery dalam Name of the Rose (1986). Sebagai anak muda yang mengutamakan mencari uang dibanding menikmati hiburan Thanksgiving, Charlie memperlihatkan kepada penonton bahwa ia seorang anak berbakti. Apalagi mengingat pekerjaan sambilannya sukar, tak menentu, dan kadang kelihatan berbahaya.
Sebagai tokoh yang telah kehilangan penglihatannya, Letkol Frank Slade sering kelihatan galak mengerikan. Tapi dengan segala kesabaran dan penuh pengertian, Charlie mendampingi dan melayani Frank, sehingga diakhir film terjalin kasih sayang antara keduanya. Yang paling menggetarkan adalah ketika Frank membela Charlie di forum sekolah, terutama terhadap serangan guru angkuh, Mr. Trask yang diperankan oleh James Rebhorn. Kecuali O'Donnell, Gabrielle Anwar pun mencuri perhatian penonton sebagai Donna, gadis yang ditemui Charlie dan Frank di sebuah restoran yang sedang menunggu kekasihnya dan diajak berdansa oleh Pacino. Untuk mengenang jayanya yang dirasakan segera akan berakhir, Frank mengajak Charlie dalam perjalanan kelas pertamanya dan menginap di hotel mewah Waldorf Astoria di New York. Si anak muda diajak bertamu ke rumah keluarga Frank, dan dalam kesempatan ini terjadi insiden yang menempatkan Frank dalam kedudukan yang sama sekali tidak menyenangkan atas kedatangannya.
Ternyata hanya sedikit sekali orang yang dapat memahami si opsir buta. Apalagi menjadi dekat dengannya. Melihat Frank adalah melihat seorang tegar yang angkuh dan tak mudah diajak berkawan. Orang ini menjaga jarak dan tak ingin kelihatan sebagai seorang lemah dan dapat menderita. Yang menakjubkan, Charlie lah yang melihat semua penderitaan Frank. Pada saat-saat Kolonel hendak bunuh diri dengan pistol, pria muda ini yang mencegahnya. Siapa sangka, Frank muncul sebagai malaikat penolong pada saat hari esok Charlie akan diusir oleh Trask. Gaya permainan yang ditunjukkan Pacino, termasuk volume suara dan intonasi ucapan, sering kali kedengarannya seperti orang marah, begitu melekat, sehingga masih terlihat dalam beberapa film yang dibintanginya setelah film ini. Film berdurasi 157 menit, tapi tidak terasa bertele, sekalipun mau tidak mau, ada penonton yang merasa Pacino over-acting di berbagai kesempatan.
Al Pacino telah memperoleh Oscar untuk kategori Aktor Terbaik, dan film ini dinominasikan untuk kategori Sutradara Terbaik, Film Terbaik dan Skenario Adaptasi Terbaik. Tidak salah jika ada orang yang mengatakan bahwa film ini telah menjadi film klasik atau film yang enak ditonton sepanjang masa. Ini sebuah prestasi luar biasa, karena lazimnya sebuah film baru dikategorikan sebagai film klasik. Pacino memerankan seorang letnan kolonel buta yang sangat berprinsip dan berwatak keras. Kecuali Pacino, yang meninggalkan kesan mendalam adalah aktor muda O'Donnell, sebagai Charlie Simms, seorang pelajar di sebuah sekolah asrama gila hormat di bagian timur Amerika. Permainan yang ditunjukkan O'Donnell hebat, sering disebut-sebut sehebat permainan Christian Slater saat mendampingi Sean Connery dalam Name of the Rose (1986). Sebagai anak muda yang mengutamakan mencari uang dibanding menikmati hiburan Thanksgiving, Charlie memperlihatkan kepada penonton bahwa ia seorang anak berbakti. Apalagi mengingat pekerjaan sambilannya sukar, tak menentu, dan kadang kelihatan berbahaya.
Sebagai tokoh yang telah kehilangan penglihatannya, Letkol Frank Slade sering kelihatan galak mengerikan. Tapi dengan segala kesabaran dan penuh pengertian, Charlie mendampingi dan melayani Frank, sehingga diakhir film terjalin kasih sayang antara keduanya. Yang paling menggetarkan adalah ketika Frank membela Charlie di forum sekolah, terutama terhadap serangan guru angkuh, Mr. Trask yang diperankan oleh James Rebhorn. Kecuali O'Donnell, Gabrielle Anwar pun mencuri perhatian penonton sebagai Donna, gadis yang ditemui Charlie dan Frank di sebuah restoran yang sedang menunggu kekasihnya dan diajak berdansa oleh Pacino. Untuk mengenang jayanya yang dirasakan segera akan berakhir, Frank mengajak Charlie dalam perjalanan kelas pertamanya dan menginap di hotel mewah Waldorf Astoria di New York. Si anak muda diajak bertamu ke rumah keluarga Frank, dan dalam kesempatan ini terjadi insiden yang menempatkan Frank dalam kedudukan yang sama sekali tidak menyenangkan atas kedatangannya.
Ternyata hanya sedikit sekali orang yang dapat memahami si opsir buta. Apalagi menjadi dekat dengannya. Melihat Frank adalah melihat seorang tegar yang angkuh dan tak mudah diajak berkawan. Orang ini menjaga jarak dan tak ingin kelihatan sebagai seorang lemah dan dapat menderita. Yang menakjubkan, Charlie lah yang melihat semua penderitaan Frank. Pada saat-saat Kolonel hendak bunuh diri dengan pistol, pria muda ini yang mencegahnya. Siapa sangka, Frank muncul sebagai malaikat penolong pada saat hari esok Charlie akan diusir oleh Trask. Gaya permainan yang ditunjukkan Pacino, termasuk volume suara dan intonasi ucapan, sering kali kedengarannya seperti orang marah, begitu melekat, sehingga masih terlihat dalam beberapa film yang dibintanginya setelah film ini. Film berdurasi 157 menit, tapi tidak terasa bertele, sekalipun mau tidak mau, ada penonton yang merasa Pacino over-acting di berbagai kesempatan.
Sunday, July 17, 2011
Cat on a Hot Tin Roof (1958)
"Cat on a Hot Tin Roof" merupakan sebuah film drama ditahun 1958 yang disutradarai oleh Richard Brooks dan diproduseri oleh Lawrence Weingarten. Film yang skenarionya ditulis oleh Brooks dan James Poe ini diadaptasikan dari drama berjudul sama pemenang Pulitzer Prize karya Tennessee Williams. Film ini dibintangi oleh Elizabeth Taylor, Paul Newman dan Burl Ives, dan dirilis pada tanggal 20 September 1958 oleh Metro-Goldwyn-Mayer. Film ini juga menjadi salah satu top 10 box office hits yang dirilis pada tahun 1958.
Sebuah film yang tak mudah dilupakan, karena banyak hal, antara lain kisahnya yang panas dan meledak-ledak, casting-nya yang hebat dan penyutradaraan yang apik dan cermat.
Ringkasan Cerita
Yang paling menarik perhatian adalah Margaret (Elizabeth Taylor), seorang istri yang menderita frustasi seksual akibat tidak diperhatikan sang suami: Brick (Paul Newman), seorang mantan atlet yang kecanduan alkohol dan entah mengapa menjadi impoten serta sangat menderita setelah seorang teman prianya meninggal. Suatu ketika Maggie mengatakan kepada Brick bahwa ia bagaikan seekor kucing di atap seng yang panas.
"Mengapa kamu tidak lompat saja?" tanggap Brick.
"Apa maksudmu?" tanya Maggie.
"Mencari pria lain," jawab Brick.
Yang juga memegang peran sentral adalah Harvey (Burl Ives), ayah dari Brick yang paling menyayanginya dan sukar memahami mengapa Brick tak pernah merasa terangsang pada isterinya yang sexy bagaikan kucing betina kepanasan.
Harvey yang kaya, ribuan acre perkebunan kapasnya senilai $10 juta dan yang sangat ingin mendapat warisan adalah Cooper (Jack Carson), kakak dari Brick yang istrinya telah melahirkan lima "monster" kecil. Lebih parah lagi, Maggie belum punya anak dan Harvey menderita kanker terminal.
Yang menjadi pertanyaan pokok: siapa yang memperoleh warisan? Apakah Maggie dan Brick akan bersatu? Soal hamil atau tidak menjadi tidak penting, asal saja Brick mau bersatu dengan Maggie menghadapi sang kakak.
Sebetulnya, Harvey ingin hartanya jatuh pada Brick tapi Brick kelihatan begitu lemah. Kerjanya sehari-hari hanya minum dan mabuk. Saking kesalnya, Harvey berkata: "Saya berani menghadapi kematian. Yang saya ingin tahu, apakah kamu berani menghadapi kehidupan?"
Dalam film ini sebetulnya ada hubungan homoseksual antara Brick dan Skipper, seorang yang memiliki banyak waktu dengan Brick. Tapi dalam film, kelainan ini dihilangkan karena tidak diperbolehkan oleh Hollywood Production Code. Mungkin inilah sebabnya, Tennessee sangat tak menyukai versi film naskahnya itu, yang dilukiskan sebagai karyanya yang paling unggul. Tadinya film ini akan digarap oleh George Cukor, tapi akhirnya pilihan jatuh pada Richard Brooks, yang memperoleh nominasi Oscar untuk Sutradara Terbaik. Newman dan Taylor masing-masing mendapat nominasi Oscar untuk Aktor dan Aktris Terbaik, sedangkan filmnya sendiri meraih nominasi Oscar untuk Film Terbaik. Sayang dari keenam nominasi yang diraih tersebut, tak ada satu yang berhasil. Tadinya, peran Maggie dipertimbangkan akan diberikan kepada Lana Turner atau Grace Kelly. Tapi Taylor sama sekali tidak mengecewakan. Penampilannya sangat sexy, apalagi dalam busana minim. Yang hebat, Taylor selama tahun 1957 hingga 1959 telah memperoleh nominasi Oscar Aktris Terbaik untuk tiga film yang dibintanginya, termasuk film ini.
Sebuah film yang tak mudah dilupakan, karena banyak hal, antara lain kisahnya yang panas dan meledak-ledak, casting-nya yang hebat dan penyutradaraan yang apik dan cermat.
Ringkasan Cerita
Yang paling menarik perhatian adalah Margaret (Elizabeth Taylor), seorang istri yang menderita frustasi seksual akibat tidak diperhatikan sang suami: Brick (Paul Newman), seorang mantan atlet yang kecanduan alkohol dan entah mengapa menjadi impoten serta sangat menderita setelah seorang teman prianya meninggal. Suatu ketika Maggie mengatakan kepada Brick bahwa ia bagaikan seekor kucing di atap seng yang panas.
"Mengapa kamu tidak lompat saja?" tanggap Brick.
"Apa maksudmu?" tanya Maggie.
"Mencari pria lain," jawab Brick.
Yang juga memegang peran sentral adalah Harvey (Burl Ives), ayah dari Brick yang paling menyayanginya dan sukar memahami mengapa Brick tak pernah merasa terangsang pada isterinya yang sexy bagaikan kucing betina kepanasan.
Harvey yang kaya, ribuan acre perkebunan kapasnya senilai $10 juta dan yang sangat ingin mendapat warisan adalah Cooper (Jack Carson), kakak dari Brick yang istrinya telah melahirkan lima "monster" kecil. Lebih parah lagi, Maggie belum punya anak dan Harvey menderita kanker terminal.
Yang menjadi pertanyaan pokok: siapa yang memperoleh warisan? Apakah Maggie dan Brick akan bersatu? Soal hamil atau tidak menjadi tidak penting, asal saja Brick mau bersatu dengan Maggie menghadapi sang kakak.
Sebetulnya, Harvey ingin hartanya jatuh pada Brick tapi Brick kelihatan begitu lemah. Kerjanya sehari-hari hanya minum dan mabuk. Saking kesalnya, Harvey berkata: "Saya berani menghadapi kematian. Yang saya ingin tahu, apakah kamu berani menghadapi kehidupan?"
Dalam film ini sebetulnya ada hubungan homoseksual antara Brick dan Skipper, seorang yang memiliki banyak waktu dengan Brick. Tapi dalam film, kelainan ini dihilangkan karena tidak diperbolehkan oleh Hollywood Production Code. Mungkin inilah sebabnya, Tennessee sangat tak menyukai versi film naskahnya itu, yang dilukiskan sebagai karyanya yang paling unggul. Tadinya film ini akan digarap oleh George Cukor, tapi akhirnya pilihan jatuh pada Richard Brooks, yang memperoleh nominasi Oscar untuk Sutradara Terbaik. Newman dan Taylor masing-masing mendapat nominasi Oscar untuk Aktor dan Aktris Terbaik, sedangkan filmnya sendiri meraih nominasi Oscar untuk Film Terbaik. Sayang dari keenam nominasi yang diraih tersebut, tak ada satu yang berhasil. Tadinya, peran Maggie dipertimbangkan akan diberikan kepada Lana Turner atau Grace Kelly. Tapi Taylor sama sekali tidak mengecewakan. Penampilannya sangat sexy, apalagi dalam busana minim. Yang hebat, Taylor selama tahun 1957 hingga 1959 telah memperoleh nominasi Oscar Aktris Terbaik untuk tiga film yang dibintanginya, termasuk film ini.
Wednesday, July 13, 2011
Miracle on 34th Street (1947)
"Miracle on 34th Street" merupakan sebuah film Natal ditahun 1947 yang ditulis dan disutradarai oleh George Seaton berdasarkan cerita oleh Valentine Davies. Film ini diproduseri oleh William Perlberg dan dibintangi oleh Maureen O'Hara, John Payne, Natalie Wood, Edmund Gwenn dan Harry Antrim. Film yang dirilis pada tanggal 2 Mei 1947 dan di distribusikan oleh 20th Century Fox ini berlatar belakang cerita di New York City setelah Parade Thankgiving Day, dimana orang bertanya-tanya apakah Sinterklas di toko serba ada memang benar-benar Sinterklas yang asli atau bukan.
Film karya Seaton ini merupakan film terbaik Edmund, aktor bertubuh kecil berwajah seperti cherub (malaikat cilik) yang mulai tampil dalam film pada usia diatas 40 tahun dan dapat disaksikan dalam 87 film yang dibintanginya dalam kurun waktu 40 tahun. Tokoh Kris Kringle/ Sinterklas merupakan kekuatan utama film ini, yang kini telah menjadi film klasik dan dilukiskan sebagai film Natal terbaik sepanjang masa dengan daya tarik abadi bagi seluruh anggota keluarga. Gwenn meraih Oscar kategori Aktor Pembantu Terbaik untuk aktingnya, sedangkan film-nya mendapat nominasi Oscar Film Terbaik. Versi ulang berjudul sama, produksi tahun 1994, dibintangi Richard Attenborough sebagai Kris, tapi sekalipun karya Les Mayfield yang juga dibintangi Elizabeth Perkins dan Dylan McDermott cukup bagus, film tahun 1947 ini masih merupakan yang terbaik.
Makna utama dari film ini adalah: make believe (percaya apa yang tidak logis) dan fantasy (apa yang tidak riil/angan-angan indah) merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Tanpa keduanya orang tidak memiliki mimpi dan harapan. Itulah sebabnya mengapa para pekerja dengan penghasilan jauh dari cukup masih dapat tertawa ria di tempat kerja mereka. make believe dan fantasy kadang dapat disamakan dengan perwujudan curahan isi hati kita pada saat kegembiraan, kedukaan atau kekecewaan ekstrim menguasai kita.
Ringkasan Cerita
Suatu hari, seorang single mother, Doris Walker (Maureen O'Hara), seorang yang menjabat direktur penanggung jawab parade dan juga bekerja di toserba Macy's di New York City menyewa Kris Kringle (Edmund Gwenn) sebagai Sinterklas untuk berperan utama dalam sebuah parade Thankgiving Day. Kris memerankan perannya begitu bagus, sehingga Doris mengangkatnya sebagai Sinterklas Macy's. Namun, akhirnya Doris agak menyesal, karena Kris menganggap dirinya betul-betul Santa. Anehnya banyak orang menyenangi dan mempercayainya. Seorang psikolog bernama Granville Sawyer (Porter Hall), dipekerjakan oleh Macy's yang menganggap Kris sakit jiwa dan ia diperiksa secara psikologis, namun Kris dengan mudah lolos tes. Beberapa waktu kemudian, Kris dinyatakan lagi kalau dia betul-betul sakit jiwa. Marah, Kris melakukan tindakan yang membuatnya masuk rumah sakit jiwa dan pengadilan. Yang membelanya adalah pengacara ganteng bernama Fred Gailey (John Payne), yang membebaskan Kris dari kasusnya dan sekalian membebaskan dari rumah sakit jiwa.
Film ini tidak memutuskan apa Kris adalah Santa. Juga tidak dikatakan bahwa Kris bukan Santa. Hanya saja, Natalie Wood, yang berperan sebagai puteri usia enam tahun berubah dari non believer (orang yang tak percaya ada Santa dan senantiasa skeptis seperti sang ibu) menjadi believer berkat kehebatan Kris. Tahun 1946, O'Hara dan Payne bermain sebagai suami isteri dalam Sentimental Journey (1946). Film ini laris sekali di Indonesia, karena kisahnya sedih. Sebelum meninggal dunia, O'Hara memberikan kepada Payne seorang puteri.
Film karya Seaton ini merupakan film terbaik Edmund, aktor bertubuh kecil berwajah seperti cherub (malaikat cilik) yang mulai tampil dalam film pada usia diatas 40 tahun dan dapat disaksikan dalam 87 film yang dibintanginya dalam kurun waktu 40 tahun. Tokoh Kris Kringle/ Sinterklas merupakan kekuatan utama film ini, yang kini telah menjadi film klasik dan dilukiskan sebagai film Natal terbaik sepanjang masa dengan daya tarik abadi bagi seluruh anggota keluarga. Gwenn meraih Oscar kategori Aktor Pembantu Terbaik untuk aktingnya, sedangkan film-nya mendapat nominasi Oscar Film Terbaik. Versi ulang berjudul sama, produksi tahun 1994, dibintangi Richard Attenborough sebagai Kris, tapi sekalipun karya Les Mayfield yang juga dibintangi Elizabeth Perkins dan Dylan McDermott cukup bagus, film tahun 1947 ini masih merupakan yang terbaik.
Makna utama dari film ini adalah: make believe (percaya apa yang tidak logis) dan fantasy (apa yang tidak riil/angan-angan indah) merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Tanpa keduanya orang tidak memiliki mimpi dan harapan. Itulah sebabnya mengapa para pekerja dengan penghasilan jauh dari cukup masih dapat tertawa ria di tempat kerja mereka. make believe dan fantasy kadang dapat disamakan dengan perwujudan curahan isi hati kita pada saat kegembiraan, kedukaan atau kekecewaan ekstrim menguasai kita.
Ringkasan Cerita
Suatu hari, seorang single mother, Doris Walker (Maureen O'Hara), seorang yang menjabat direktur penanggung jawab parade dan juga bekerja di toserba Macy's di New York City menyewa Kris Kringle (Edmund Gwenn) sebagai Sinterklas untuk berperan utama dalam sebuah parade Thankgiving Day. Kris memerankan perannya begitu bagus, sehingga Doris mengangkatnya sebagai Sinterklas Macy's. Namun, akhirnya Doris agak menyesal, karena Kris menganggap dirinya betul-betul Santa. Anehnya banyak orang menyenangi dan mempercayainya. Seorang psikolog bernama Granville Sawyer (Porter Hall), dipekerjakan oleh Macy's yang menganggap Kris sakit jiwa dan ia diperiksa secara psikologis, namun Kris dengan mudah lolos tes. Beberapa waktu kemudian, Kris dinyatakan lagi kalau dia betul-betul sakit jiwa. Marah, Kris melakukan tindakan yang membuatnya masuk rumah sakit jiwa dan pengadilan. Yang membelanya adalah pengacara ganteng bernama Fred Gailey (John Payne), yang membebaskan Kris dari kasusnya dan sekalian membebaskan dari rumah sakit jiwa.
Film ini tidak memutuskan apa Kris adalah Santa. Juga tidak dikatakan bahwa Kris bukan Santa. Hanya saja, Natalie Wood, yang berperan sebagai puteri usia enam tahun berubah dari non believer (orang yang tak percaya ada Santa dan senantiasa skeptis seperti sang ibu) menjadi believer berkat kehebatan Kris. Tahun 1946, O'Hara dan Payne bermain sebagai suami isteri dalam Sentimental Journey (1946). Film ini laris sekali di Indonesia, karena kisahnya sedih. Sebelum meninggal dunia, O'Hara memberikan kepada Payne seorang puteri.
Tuesday, July 12, 2011
The Untouchables (1987)
"The Untouchables" merupakan sebuah film drama-thriller ditahun 1987 yang disutradarai oleh Brian De Palma dan ditulis oleh David Mamet yang diadaptasikan dari buku memoar otobiografi berjudul sama karya Oscar Fraley dan Eliot Ness. Film ini diproduseri oleh Art Linson dan dibintangi oleh Kevin Costner, Sean Connery, Andy García, Charles Martin Smith, Robert De Niro, Patricia Clarkson, dan Billy Drago. Film yang mengisahkan tentang US Treasury Agent Eliot Ness versus Al Capone ini dirilis pada tanggal 3 Juni 1987 dan di distribusikan oleh Paramount Pictures.
Pertama, film ini merupakan karya utama yang paling berhasil dari De Palma, yang sering membuat film jenis thriller karya Alfred Hitchcock. Tapi dalam film ini, De Palma tidak lagi menggunakan gaya Hitchcock. Di sini ada action, humor, drama dan kematian serta darah yang menggugah hati.
Kedua adalah castingnya. Costner sebagai tokoh utama merupakan resiko bagi De Palma. Tapi sutradara ini diyakinkan oleh Lawrence Kasdan, juga pembuat film, bahwa Costner adalah seorang aktor kuat berbakat. Kebaikan Kasdan terhadan Costner mungkin terdorong rasa bersalah, karena dalam film Kasdan tahun 1983 The Big Chill seluruh rangkaian adegan yang memperlihatkan Costner dihilangkan alias tak ditampilkan di layar perak. Tapi apa yang diperlihatkan Costner tidak mengecewakan De Palma, dan Costner pun jadi bintang.
Yang lebih hebat lagi adalah Connery. Aktor yang sudah hampir tenggelam ini terangkat melalui film Name of the Rose (1986). Melalui Untouchables, Connery yang bermain sebagai seorang polisi, berhasil membawa pulang Oscar. Tentu saja, jangan lupakan peran De Niro sebagai Al Capone, tokoh jahat nomor satu di Chicago era Prohibition (yang melarang dijualnya minuman yang mengandung alkohol) tahun 1920-an. Awalnya, yang akan memerankan Capone ini adalah Bob Hoskins. Namun setelah De Niro menyatakan siap memerankan tokoh antagonis ini, Hoskins mundur. Sebagai kompensasi, ia menerima honor penuh.
Ringkasan Cerita
Pada tahun 1920 dan awal tahun 1930-an, Eliot Ness (Kevin Costner), seorang agen pemerintahan yang ditugaskan merazia geng jahat nomor satu di Chicago yang dipimpin oleh Al Capone (Robert De Niro). Dengan bantuan tiga orang tokoh: polisi kawakan dari Irlandia; Jimmy Malone (Sean Connery), tokoh akuntan dari Washington; Frank J. Wilson (Charles Martin Smith), dan kader polisi jago tembak kewarganegaraan Italia-Amerika; Giuseppe Petri (Andy García). Ketiganya kemudian membentuk tim untuk menangkap geng Capone. Tidak terima apa yang dilakukan Ness, Capone mengirimkan Frank Nitti (Billy Drago), untuk mendatangi rumah Ness dan mengancam keluarganya. Menyadari kalau istri dan anaknya menjadi target pembunuhan Capone, Ness memindahkan keluarganya ke tempat yang lebih aman. Tim kemudian menuju perbatasan Kanada- Amerika untuk melakukan penyerangan saat geng melakukan pengiriman minuman keras masuk ke Chicago.
Beberapa kegiatan ilegal Capone berhasil digagalkan dengan baik. Tapi apakah kemudian Capone berhasil ditangkap dan dipenjarakan? Apakah tim yang dibentuk oleh Ness dan Malone bisa menang melawan pasukan Al Capone yang terkenal sadis itu? Siapa saja tokoh yang menjadi korban?
Rangkaian adegan tak terlupakan sepanjang masa memperlihatkan tembak-menembak di stasiun kereta api Union Station. Tontonan super tegang yang melibatkan seorang ibu mendorong kereta bayi menyusuri sejumlah anak tangga yang lumayan curam ini menurut para pembuat film 'dipinjam' dari karya Sergei Eisenstein, The Battleship Potemkin (1925), tepatnya dari pembuat film The Odessa File (1974). Cara De Niro memukul sekuat tenaga kepala seorang anak buah yang tak setia dengan baseball bat secara sangat tiba-tiba juga mengejutkan penonton dan merupakan adegan klasik yang mengerikan. Lalu, setidaknya banyak negara Asia, adegan kematian Frank Nitti, tangan kanan Capone, merupakan sebuah tontonan yang memberi kepuasan, karena tokoh bandit inilah yang membunuh Jim Malone secara perlahan-lahan.
Dalam kenyataannya, Ness bukanlah satu-satunya orang yang menjatuhkan Capone. Sebagian kisah ini adalah fiktif. Tapi semuanya tak terlupakan.
Pertama, film ini merupakan karya utama yang paling berhasil dari De Palma, yang sering membuat film jenis thriller karya Alfred Hitchcock. Tapi dalam film ini, De Palma tidak lagi menggunakan gaya Hitchcock. Di sini ada action, humor, drama dan kematian serta darah yang menggugah hati.
Kedua adalah castingnya. Costner sebagai tokoh utama merupakan resiko bagi De Palma. Tapi sutradara ini diyakinkan oleh Lawrence Kasdan, juga pembuat film, bahwa Costner adalah seorang aktor kuat berbakat. Kebaikan Kasdan terhadan Costner mungkin terdorong rasa bersalah, karena dalam film Kasdan tahun 1983 The Big Chill seluruh rangkaian adegan yang memperlihatkan Costner dihilangkan alias tak ditampilkan di layar perak. Tapi apa yang diperlihatkan Costner tidak mengecewakan De Palma, dan Costner pun jadi bintang.
Yang lebih hebat lagi adalah Connery. Aktor yang sudah hampir tenggelam ini terangkat melalui film Name of the Rose (1986). Melalui Untouchables, Connery yang bermain sebagai seorang polisi, berhasil membawa pulang Oscar. Tentu saja, jangan lupakan peran De Niro sebagai Al Capone, tokoh jahat nomor satu di Chicago era Prohibition (yang melarang dijualnya minuman yang mengandung alkohol) tahun 1920-an. Awalnya, yang akan memerankan Capone ini adalah Bob Hoskins. Namun setelah De Niro menyatakan siap memerankan tokoh antagonis ini, Hoskins mundur. Sebagai kompensasi, ia menerima honor penuh.
Ringkasan Cerita
Pada tahun 1920 dan awal tahun 1930-an, Eliot Ness (Kevin Costner), seorang agen pemerintahan yang ditugaskan merazia geng jahat nomor satu di Chicago yang dipimpin oleh Al Capone (Robert De Niro). Dengan bantuan tiga orang tokoh: polisi kawakan dari Irlandia; Jimmy Malone (Sean Connery), tokoh akuntan dari Washington; Frank J. Wilson (Charles Martin Smith), dan kader polisi jago tembak kewarganegaraan Italia-Amerika; Giuseppe Petri (Andy García). Ketiganya kemudian membentuk tim untuk menangkap geng Capone. Tidak terima apa yang dilakukan Ness, Capone mengirimkan Frank Nitti (Billy Drago), untuk mendatangi rumah Ness dan mengancam keluarganya. Menyadari kalau istri dan anaknya menjadi target pembunuhan Capone, Ness memindahkan keluarganya ke tempat yang lebih aman. Tim kemudian menuju perbatasan Kanada- Amerika untuk melakukan penyerangan saat geng melakukan pengiriman minuman keras masuk ke Chicago.
Beberapa kegiatan ilegal Capone berhasil digagalkan dengan baik. Tapi apakah kemudian Capone berhasil ditangkap dan dipenjarakan? Apakah tim yang dibentuk oleh Ness dan Malone bisa menang melawan pasukan Al Capone yang terkenal sadis itu? Siapa saja tokoh yang menjadi korban?
Rangkaian adegan tak terlupakan sepanjang masa memperlihatkan tembak-menembak di stasiun kereta api Union Station. Tontonan super tegang yang melibatkan seorang ibu mendorong kereta bayi menyusuri sejumlah anak tangga yang lumayan curam ini menurut para pembuat film 'dipinjam' dari karya Sergei Eisenstein, The Battleship Potemkin (1925), tepatnya dari pembuat film The Odessa File (1974). Cara De Niro memukul sekuat tenaga kepala seorang anak buah yang tak setia dengan baseball bat secara sangat tiba-tiba juga mengejutkan penonton dan merupakan adegan klasik yang mengerikan. Lalu, setidaknya banyak negara Asia, adegan kematian Frank Nitti, tangan kanan Capone, merupakan sebuah tontonan yang memberi kepuasan, karena tokoh bandit inilah yang membunuh Jim Malone secara perlahan-lahan.
Dalam kenyataannya, Ness bukanlah satu-satunya orang yang menjatuhkan Capone. Sebagian kisah ini adalah fiktif. Tapi semuanya tak terlupakan.
The Roaring Twenties (1939)
"The Roaring Twenties" merupakan sebuah film crime thriller ditahun 1939 yang yang diadaptasikan dari cerita pendek berjudul "The World Moves On" karya Mark Hellinger. Film ini disutradarai oleh Raoul Walsh dan diproduseri oleh Hal B. Wallis. Film yang ceritanya ditulis oleh Jerry Wald bersama dengan Richard Macaulay dan Robert Rossen ini dibintangi oleh James Cagney, Priscilla Lane, Humphrey Bogart, dan Gladys George. Film ini dirilis pada tanggal 23 Oktober 1939 dan di distribusikan oleh Warner Bros.
Ini adalah film gangster pertama Walsh yang menggantikan Anatole Litvak pada saat-saat terakhir. Persembahan Warner Brothers ini dibintangi Cagney dan Bogart, dua aktor raksasa film-film action. Yang juga unggul adalah penulis cerita Hellinger, mantan wartawan di New York yang mengetahui benar seluk beluk periode The Roaring Twenties, yang antara lain ditandai prohibition, yaitu keputusan pemerintah untuk melarang minuman dengan kandungan alkohol.
Ringkasan Cerita
Eddie Bartlett (James Cagney), George Hally (Humphrey Bogart), dan Lloyd Hart (Jeffrey Lynn) adalah tiga serdadu perang yang bertemu di sebuah parit di Eropa tatkala berkecamuk Perang Dunia I. Di Amerika, Eddie bekerja di bengkel mobil, Lloyd adalah lulusan fakultas hukum dan menjadi polisi, sedangkan George merupakan seorang gangster. Eddie seakan tergoda antara dua kutub: mau jadi orang baik atau orang jahat. Pasca perang segalanya berubah. Eddie tak lagi diterima di bengkel mobil. Ia terpaksa menjadi penghasil minuman alkohol, yang karena dilarang menjadi sangat laris. Lloyd memperingatkan agar ia jangan melakukan bisnis yang melanggar hukum, tapi bagi Eddie tak ada jalan lain. Ia jadi cepat kaya dan menjadi boss.
George bekerja untuk Nick Brown (Paul Kelly), kepala gangster saingan Eddie. George mengkhianati Nick untuk menjadi tangan kanan Eddie. Tak lama setelah itu, Eddie membeli 2000 taksi dan sejumlah besar saham. Suatu ketika, George kumat dan berniat membunuh Eddie. Tapi rencana ini gagal, Eddie mengetahui tapi tidak ada bukti. Sementara itu, Eddie jatuh cinta kepada Jean Sherman (Priscilla Lane), namun sayang Jean tidak berani berterus terang untuk mengatakan kalau ia tak dapat membalas cinta Eddie. Jean malah mencintai Lloyd, yang menjadi penegak hukum. Sebetulnya wanita yang mencintai Eddie adalah Panama Smith (Gladys George). Saat bursa saham ambruk tahun 1920, Eddie langsung menjadi orang miskin. Ia minta bantuan George, tapi dia menolak. Lebih parah lagi, Jean meninggalkan Eddie untuk menikah dengan Lloyd. Eddie geram dan memukul Lloyd, tapi kemudian minta maaf, karena sadar Jean mencintai Lloyd.
Setelah Jean dan Lloyd telah dikaruniai seorang anak, George minta Lloyd untuk tidak meneruskan usaha untuk menjatuhkannya, tapi Lloyd tidak ada pilihan lain. Karena itu, George menyuruh orangnya untuk membunuh Lloyd/ jika perlu, sang anak juga akan dihabiskan. Jean ketakutan dan mencari Eddie untuk meminta tolong. Maukah Eddie, yang telah dicampakkan Jean, menolong? Tentu tidak. Tapi Panama minta Eddie berbelas kasihan, dan Eddie kemudian meminta George untuk tidak mematikan Lloyd. Tentu saja George menolak dan bahkan menyuruh orangnya menghabisi Eddie. Terjadilah perkelahian dan tak lama setelah itu, Eddie menembak mati George, yang ternyata adalah seorang pengecut. Dalam usaha melarikan diri, Eddie tertembak dan akhirnya mati dengan didampingi oleh Panama.
Gladys bermain begitu hebat di film ini, hingga banyak yang berharap dia mendapat nominasi Oscar. Film ini merupakan film ketiga yang dibintangi Cagney-Bogart. Dua film lainnya adalah Angels With Dirty Faces (1938) dan Oklahoma Kid (1939). Kita masih ingat ketika Tom Hanks, yang sebagai tangan kanan Paul Newman, terpaksa menghabiskan Newman dalam film Road to Perdition (2002). Bedanya, Bogart jahat tak kepalang tanggung dalam The Roaring Twenties, sedangkan Newman dan Hanks yang keduanya adalah orang baik hati.
Ini adalah film gangster pertama Walsh yang menggantikan Anatole Litvak pada saat-saat terakhir. Persembahan Warner Brothers ini dibintangi Cagney dan Bogart, dua aktor raksasa film-film action. Yang juga unggul adalah penulis cerita Hellinger, mantan wartawan di New York yang mengetahui benar seluk beluk periode The Roaring Twenties, yang antara lain ditandai prohibition, yaitu keputusan pemerintah untuk melarang minuman dengan kandungan alkohol.
Ringkasan Cerita
Eddie Bartlett (James Cagney), George Hally (Humphrey Bogart), dan Lloyd Hart (Jeffrey Lynn) adalah tiga serdadu perang yang bertemu di sebuah parit di Eropa tatkala berkecamuk Perang Dunia I. Di Amerika, Eddie bekerja di bengkel mobil, Lloyd adalah lulusan fakultas hukum dan menjadi polisi, sedangkan George merupakan seorang gangster. Eddie seakan tergoda antara dua kutub: mau jadi orang baik atau orang jahat. Pasca perang segalanya berubah. Eddie tak lagi diterima di bengkel mobil. Ia terpaksa menjadi penghasil minuman alkohol, yang karena dilarang menjadi sangat laris. Lloyd memperingatkan agar ia jangan melakukan bisnis yang melanggar hukum, tapi bagi Eddie tak ada jalan lain. Ia jadi cepat kaya dan menjadi boss.
George bekerja untuk Nick Brown (Paul Kelly), kepala gangster saingan Eddie. George mengkhianati Nick untuk menjadi tangan kanan Eddie. Tak lama setelah itu, Eddie membeli 2000 taksi dan sejumlah besar saham. Suatu ketika, George kumat dan berniat membunuh Eddie. Tapi rencana ini gagal, Eddie mengetahui tapi tidak ada bukti. Sementara itu, Eddie jatuh cinta kepada Jean Sherman (Priscilla Lane), namun sayang Jean tidak berani berterus terang untuk mengatakan kalau ia tak dapat membalas cinta Eddie. Jean malah mencintai Lloyd, yang menjadi penegak hukum. Sebetulnya wanita yang mencintai Eddie adalah Panama Smith (Gladys George). Saat bursa saham ambruk tahun 1920, Eddie langsung menjadi orang miskin. Ia minta bantuan George, tapi dia menolak. Lebih parah lagi, Jean meninggalkan Eddie untuk menikah dengan Lloyd. Eddie geram dan memukul Lloyd, tapi kemudian minta maaf, karena sadar Jean mencintai Lloyd.
Setelah Jean dan Lloyd telah dikaruniai seorang anak, George minta Lloyd untuk tidak meneruskan usaha untuk menjatuhkannya, tapi Lloyd tidak ada pilihan lain. Karena itu, George menyuruh orangnya untuk membunuh Lloyd/ jika perlu, sang anak juga akan dihabiskan. Jean ketakutan dan mencari Eddie untuk meminta tolong. Maukah Eddie, yang telah dicampakkan Jean, menolong? Tentu tidak. Tapi Panama minta Eddie berbelas kasihan, dan Eddie kemudian meminta George untuk tidak mematikan Lloyd. Tentu saja George menolak dan bahkan menyuruh orangnya menghabisi Eddie. Terjadilah perkelahian dan tak lama setelah itu, Eddie menembak mati George, yang ternyata adalah seorang pengecut. Dalam usaha melarikan diri, Eddie tertembak dan akhirnya mati dengan didampingi oleh Panama.
Gladys bermain begitu hebat di film ini, hingga banyak yang berharap dia mendapat nominasi Oscar. Film ini merupakan film ketiga yang dibintangi Cagney-Bogart. Dua film lainnya adalah Angels With Dirty Faces (1938) dan Oklahoma Kid (1939). Kita masih ingat ketika Tom Hanks, yang sebagai tangan kanan Paul Newman, terpaksa menghabiskan Newman dalam film Road to Perdition (2002). Bedanya, Bogart jahat tak kepalang tanggung dalam The Roaring Twenties, sedangkan Newman dan Hanks yang keduanya adalah orang baik hati.
Subscribe to:
Posts (Atom)